SABANA KABA, Tanah Datar–Nasib orang memang sulit ditebak, dulu ia hanya seorang reporter Haluan di Batusangkar, kini Ia sudah menjadi “Guru Besar” atau Profesor Ilmu Sosiologi berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi nomor: 64545/MPK.A/KP.06/2022.
BACA JUGA : Peduli Mantan Wartawan, Jurnalis Senior Serahkan Donasi untuk Yus Erlinda
Perempuan rendah hati kelahiran tanggal 2 April 1970 itu sudah menjadi Guru Besar mulai tanggal 17 Oktober 2022, sehingga lengkaplah gelarnya menjadi Prof. Dr. Silfia Hanani, S. Ag. M. Si. Sederetan gelar yang diraih ini jelas tak datang begitu saja, tetapi melalui perjuangan dan kerja keras tak kenal lelah.
Selain perjuangan pribadi, ternyata Sil bagitu panggilan akrab kawan-kawan di Batusangkar ketika aktif membuat berita beberapa puluh tahun lalu, ternyata tidak terlepas dari dukungan moral seorang ayah yang bernama Syafei. Semasa hidupnya ayah Sil pernah berkata, “Jangan pernah berhenti belajar, hidup tak pernah berhenti memberi kita pelajaran,” pesan sang ayah yang ditulis untuk Silfia sebelum menghembuskan nafas terakhirnya.
Tulisan tangan tegak bersambung ayah yang masih disimpannya hingga sekarang, menjadi peninggalan yang sangat berharga bagi Sil. Bila rasa rindu mendera, pesan ayah yang ditulis dengan tinta hitam dan bergaris merah pada kata belajar akan menjadi obat pelerai rindu dan pemicu semangat bagi perempuan yang cendrung pendiam ini.
Ketika ia mendapat informasi menjadi Guru Besar kedua di UIN Sjech Djamil Djambek Bukittinggi, kabar gembira itu menghiasi berbagai media sosial mulai dari facebook, WA, instagram dan lain-lain. Tentu saja ucapan selamat mengalir deras tak terbendung lagi.
Salah seorang penulis di berbagai media cetak di Sumatera Barat Dr.Alfian Jamrah, M.Si yang kini dipercaya sebagai Kepala Baperlitbang Tanah Datar juga menyampaikan rasa kagumnya terhadap capaian tertinggi Silfia Hanani itu.
“Luar biasa Silfia, sudah menjadi profesor diusia muda, ini sosok yang perlu dicontoh oleh para generasi muda dalam menimba ilmu pengetahuan” ujar Alfian Jamrah.
Alfian masa itu masih menjadi Kabag Humas di Kabupaten Tanah Datar sementara Silfia Hanani wartawati Harian Haluan, ketika koran harian tertua di Sumatera Barat itu masih berkantor di jalan Damar, kami menyebutnya Damar 59 F.
Ia tercatat sudah menjadi anggota PWI pada tanggal 19 Februari tahun 1998 lalu.Silfia saat itu sering menulis berita-berita kritikan terhadap pemerintahan, tulisannya yang tajam itu sering menghiasi halaman Edisi Masuk Desa (EMD) Tanah Datar dan Padang Panjang yang di koordinir oleh almarhum Syukril Syukur dan alamarhum Zulfahmid/Zess.
Dulu, sekali seminggu Wartawan Harian Haluan selalu berkumpul di kantor PWI Tanah Datar kini, karena pada saat itu rekan-rekan wartawan menyerahkan berita dan fhoto selama seminggu liputan.
Saat itu sangatlah banyak wartawan Harian Haluan sebut saja Zulfikar Gatot, Darmi DH, Iwan DN, Nazirwan Maani, Irwan, Ilyas khusus buat ceramah agama, Destia Sastra, Emrizal Anton Yondra, Silfia Hanani, Rini, Mittriani, mama Fina dan lain-lain.(WD)