Sabana Kaba, Tanah Datar—Kawa Daun merupakan minuman khas Tanah Datar yang hingga kini tetap dipertahankan keberadaannya, sekaligus sebagai daya tarek untuk wisatawan berkunjung ke Luhak Nan Tuo. Dulu, minuman khas ini tidak seberapa jumlahnya di Kabupaten Tanah Datar, tetapi akhir-akhir ini semakin ramai, terutama di ruas jalan Batusangkar- Baso.
Minuman yang terbuat dari rebusan daun kopi kering ini tetap laris sepanjang masa, karena memang memiliki citra rasa tersendiri, ditambah lagi rasa daun kopi kering, dengan pengasapan terlebih dahulu menimbulkan aroma yang mengundang selera untuk menikmatinya.
Dari sejumlah kawa daun yang ada di Kabupaten Tanah Datar, Kawa Daun Mangkuto yang berlokasi di Bukik Siangin Jorong Bayua Nagari Tanjuang Alam Kecamatan Tanjung Baru Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat termasuk yang paling laris, terutama di hari Minggu.
Tidak diketahui secara pasti, kenapa warung milik H.Syafrizal Mangkuto ini tetap ramai, pada hal banyak muncul pesaing yang menyajikan minuman dan gorengan serupa. Entah karena, ia yang merintis pertama kali, entah karena sistem yang diterapkan, beda dengan usaha sejenis lainnya, yang jelas konsumennya tetap padat di hari Minggu.
Bila dilihat dari sistem yang diterapkan Mangkuto dalam mengelola usahanya, tidaklah terlalu unik. Ia lebih cendrung menerapkan sistem semacam manajemen warung kejujuran. Setiap konsumen yang diberi kesempatan mengambil sendiri gorengan yang disukai seperti bakwan, tahu isi, goreng pisang, goreng tapai dan lain-lain.
Mangkuto tidak pernah pula mengkontrol konsumennya berapa banyak yang dikonsumsi, ia hanya menerima laporan saja, apa saja yang dimakan dan menghitung tanpa menggunakan kalkulator, seperti halnya restoran lainnya yang telah maju.
Ketika ditanyakan, apakah tidak rugi dengan cara menghitung sendiri apa yang dimakan pengunjung warungnya, dengan tersenyum Mangkuto menjawab, kita percaya saja apa yang dimakan mereka, rasanya tidak mungkin mereka akan menipu makanan dan minuman yang akan akan menjadi darah daging.
“Kalaupun ada yang sengaja menipu, paling-paling sebagai tabungan bagi kita untuk akhirat nanti, kalau yang lupa, yah kita maafkan saja. Namun hingga sekarang, saya masih mampu menggaji karyawan dan mendapat keuntungan dari usaha yang dikelola” kata Mangkuto yang tetap menggunakan peci haji bewarna putih.(WD)