Sabana Kaba, Solok—Perjalanan hidup seseorang kadang memang tidak bisa ditebak, awalnya menekuni perdagangan buah- buahan dan bukan tak mungkin banting stir sebagai produsen dari buah itu sendiri, tergantung bagaimana melihat peluang yang dirasa sangat menguntungkan.
Setidaknya itulah rentetan kehidupan yang dijalani Bendri Arios Dt. Rajo Intan alias Dayang warga Tanjung Limasam Jorong Balai-Balai Nagari Kacang Kecamatan X Koto Singkarak Kabupaten Solok yang kini menekuni usaha kebun Naga, sekitar sekitar 1,5 KM dari tempat kediamannya.
Dulunya, Penghulu yang populer dengan panggilan Dayang ini menekuni bisnis di sektor perdagamgan buah-buahan antar kota antar propinsi, tetapi usaha tersebut sejak bebetapa tahun terakhir mengalami keuntungan yang kuramg mengembirakan, Dayangpun memutuskan untuk memulai usaha baru, membuka kebun buah naga.
Tak tanggung-tanggung, pria yang memilik satu putri dan dua putra dengan Karlinawati, S.Keb ini menanamkan investasinya Rp.150,- juta untuk mengolah lahan sekitar 1 hektar di Tangah Padang, mulai tahun 2017, sebuah hamparan warga Kacang untuk perkebun
Lahan perkebunan yang diolah bukan lahan yang sejadi, tetapi lahan yang dipenuhi semak belukar, bahkan sudah mendekati sebuah hutan. Berkat keseriusannya, lahan yang dulunya sering diajadikan sebagai tempat berburu babi, kini berubah menjadi lahan subur dengan bentangan pohon naga yang cukup luas.
“Alhamdulillah untuk panen raya perdana, kita bisa
menghasilkan 2 ton dan panen raya kedua 2,8 ton. Biasanya panen dilakukan sekali dua puluh hari, sekali panen raya sekali panen biasa,” kata Dayang ketika ditemui sabanakaba.com di kebunnya di Tangah Padang (7/3).
Dayang sekarang memiliki tanam naga 763 batang yang sudah menghasilkan dan 60 batang yang segera menyusul panen. Meskipun harga agak menurun sekitar Rp.10.000,- s/d Rp.12.000,- namun kita masih bisa bersyukur, karena Allah memberikan panen yang cukup banyak.
Menjawab pertanyaan apa yang medorongnya untuk mengembangkan tanaman naga, Dayang mengatakan sebagai termotivasi oleh tetangga bernama Nasrul. Pria tersebut hanya memiliki lahan cukup kecil, dengan jumlah taman sekitar 80 batang, dengan modal awal sekitar Rp.4,-juta.
Tetapii berkat kesungguhan Nasrul, lanjut Dayang, tanam naga yang dimulai sejak tahun 2016 itu, hasilnya sudah mencapai 700 Kg setiap kali panen. Melihat prosfek yang cukup bagus, dengan pasar yang menjamin, dibeli oleh pedagang pengumpul dari Solok, hingga sekarang dari segi pemasaran boleh dikatakan tidak masalah.
Berbicara tentang pemupukan, Dayang cukup melakukan pemupukan sekali tiga minggu dalam bentuk pupuk kimia dan sekali enam bulan dalam bentuk pupuk kandang atau pupuk kompos. Jika diperkirakan biaya operasional mencapai Rp.6,- perbulan.(WD)