Ketua PWI Indra Yosep : Ini Alasan Djamaloeddin Memakai Nama Adinegoro

0
422

SABANA KABA, Sawah Lunto—Ketua PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) Sawah Lunto Indra Yosep mengungkap kisah Djamaloeddin memakai nama Adinegoro dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis dalam Pelatihan Peningkatan Kapasitas Jurnalisme bagi Pengurus dan Anggota PWI Tanah Datar di Khas Ombilin Sawah Lunto, Jumat (23/12/2023).

BACA JUGA : Berkumpul di Kota Sawah Lunto, PWI Tanah Datar Jemput Spirit Adinegoro

“Orang banyak mengenal Adinegoro, tetapi tidak banyak yang tahu kalau kenapa senior kita ini memilih nama Adinegoro, ketimbang harus menggunakan nama aslinya Djamaloeddin,” kata Indra Yosep yang juga You Tuber ini menambahkan.

Dikatakan, sebenarnya orang tua dari Djamaloeddin menginginkan anaknya menjadi dokter, sehingga ia melanjutkan pendidikan putranya ke Fakultas Kedokteran, namun kenyataan perjalanan hidup Djamaloeddin berbeda dengan harapan orang tuanya.

“Djamaloeddin lebih cendrung menekuni hobinya sebagai jurnalis atau wartawan. Agar beliau tidak diketahui menekuni profesi wartawan, Djamaloeddin memakai nama samaran Adinegoro, sehingga nama tersebut lebih populer dari nama aslinya,” tutur Indra Yosep.

Berbicara tentang nama Adinegoro untuk nama jalan atau gedung, Indra Yosep menyebut sebagai untuk jalan kita sudah cukup “nyinyir” untuk menjadikan satu ruas jalan dengan nama Adinegoro, tetapi hingga sekarang masih belum menjadi kenyataan, dengan kata lain belum satupun pemimpin daerah yang mengusulkannya menjadi Perda.

“Namun demikian, jika untuk perpustakaan sudah ada, saya dan pak Alamsyah Halim pernah dipnaggil untuk memberi nama sebuah pustaka, bekas bioskop, kita usulkan namanya Adinegoro, Alhamdulillah cepat dieksikusi,” lanjut Indra.

Sementara Narasumber lainnya Yurnaldi menyebut Adinegoro adalah salah seorang wartawan hebat Indonesia yang banyak membaca buku. Sosok yang tiada henti menulis. Insan terus berkarya untuk bangsa dan negara.
Sosok tahu segala tentang sesuatu, mengetahui sesuatu tentang segala.

Bagaimana dengan kita? Wartawan itu adalah pembelajar sejati. Jika tidak, tamatlah riwayatnya sebagai wartawan, walau sosoknya masih ada.
Wartawan masuk hitungan mungkin banyaknya minta ampun, tapi kita yang berada di ruangan ini, teruslah berupaya menjadi wartawan yang diperhitungkan. Teruslah belajar, menulis, menulis, dan menulis.

“Sebagai wartawan profesional tentu tak sebatas menulis berita lempang (straight news). Akan tetapi juga harus hebat menulis feature, liputan mendalam, menulis tajuk/editorial, menulis analisis berita, menulis kolom, menulis esai, menulis investigasi,” tutup Yurnaldi.(WD)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here